Bagaimana Menulis Dialog dalam Cerita?

Tips menulis Nafi’ah al-Ma’rab

Saat kamu menulis cerita pastinya akan menyajikan sebuah dialog. Ya, dialog ini kadang sering dibuat sembarangan oleh penulis. Target memperbanyak jumlah halaman jadi cara penulis memasukkan banyak dialog ‘tak berguna.’ Para pemula biasanya melakukan hal ini hanya untuk memanjang-manjangkan cerita.

Cara tersebut salah. Sebuah cerita dengan dialog tak bermutu bukan hanya akan membuat orang bosan. Alih-alih pembaca akan meninggalkan cerita kamu.

‘Ah, ini apa sih dialognya? Bikin bosen,” gitu deh kira-kira.

Jadi, gimana sih cara membuat dialog yang benar dan enak dinikmati pembaca?

Apa itu Dialog dalam Cerita

Pengertian dialog dalam sebuah cerita adalah kata-kata yang diucapkan antar karakter dalam sebuah cerita. Dialog ini sangat penting dalam sebuah cerita karena bisa menjadi gambaran pikiran dan emosi dari tokoh.

Sebuah dialog yang baik dalam cerita mampu menunjukkan kepada pembaca bagaimana tokoh dalam berpikir dan merasakan.

Cara ini akan membantu pembaca bisa memahami apa yang terjadi dalam cerita. Dialog yang baik bersifat menarik, informatif dan mampu menggerakkan sebuah cerita.

Nah, sekarang kira-kira ucapan tokoh yang kamu buat dalam cerita selama ini sudah memenuhi syarat dialog yang baik atau belum?

Format Penulisan Dialog dalam Cerita


Menulis dialog secara format mungkin sudah sering kamu lihat. Pastikan penggunaan tanda baca, huruf besar kecil, dan dialog tag nya benar.

Berikut ini beberapa format penulisan dialog:

1.Penggunaan Tanda Kutip dan Dialog Tag

Contoh:

“Malam ini aku menunggunya, tetapi dia tak datang,” Karin memandang ke jendela.

2. Tindakan Terpisah dalam Dialog

Jika ada tindakan atau hal yang terjadi sebelum dialog, buatlah kalimat terpisah sebelum atau sesudah dialog.

Contoh:

Maryam tersentak. “Benarkah itu kau?”

3. Penggunaan Huruf Kecil dalam Sebuah Tindakan di Tengah Dialog

Contoh:

“Hari ini aku sangat sedih,” dia menangis, “aku tidak bisa melihat wajah itu lagi.”

4. Aturan Menulis Dialog Panjang

Seseorang mungkin akan berbicara lama dalam sebuah dialog. Bagaimana cara menuliskannya? Pada awal kalimat menggunakan tanda petik pembuka, lalu membuat paragraf baru yang juga diawali dengan tanda petik pembuka. Namun, tanda petik penutup hanya diletakkan pada kalimat terakhir yang disampaikan tokoh.

Contoh:

Jasper took a deep breath and began. “Here’s the thing about sharks. They’re vicious, vicious creatures. They only know how to do one thing: kill. Have you ever seen a shark in the open water? Probably not. Because if you had, you’d already be dead.

“I saw a shark once. I was scuba diving off the marina, looking for starfish to give to my sick wife. She believes that starfish are good luck. Well, one man’s fortune is another man’s folly. All of a sudden I found myself face to face with a great white. My heart stopped. I froze up. I knew that was the end. If it hadn’t been for that pontoon boat, we wouldn’t be having this conversation.”


Perbedaan Dialog dan Percakapan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sebuah dialog akan muncul sebagai penggerak cerita, gambaran karakter tokoh dan perasaan yang bisa dirasakan pembaca. Maka dalam membuatnya perlu diperhatikan beberapa hal:

·   Dialog berisi sesuatu yang penting, bukan hal-hal sederhana yang bisa dihapus tanpa mengurangi alur cerita.

·         Memenuhi kaidah penulisan yang baik.

·         Bisa menggerakkan cerita.

Percakapan adalah hal-hal biasa yang tak penting. Dalam sebuah novel mungkin saja percakapan itu bisa dimunculkan, walaupun para penulis profesional tidak menampilkan itu dalam karyanya.

Sebuah cerpen dengan keterbatasan halaman dan membutuhkan penulisan dialog yang kuat, menggerakkan cerita dan bersifat penting.

Contoh Percakapan:

“Selamat pagi Rina, Assalamualaikum,” ujar Tiwi.

“Waalaikumsalam Tiwi, apa kabarmu?”

“Aku baik saja. Kau bagaimana?”

“Ya, aku pun demikian.”

Bandingkan dengan dialog berikut:

“Kereta ke Izmir pukul delapan akan berangkat, aku menunggumu,” suara lelaki itu terdengar pelan di seberang.

“Jangan pernah menungguku. Aku tak akan pernah datang ke sana,” perempuan itu mematikan ponselnya.

Catatan:

Pada contoh pertama cerita tidak bergerak, bagian ini bisa kamu buang dalam cerita tanpa menimbulkan efek terhadap alur. Sedangkan pada contoh kedua cerita terlihat bergerak dan bagian ini tidak bisa kamu buang dalam sebuah cerita.

Mau belajar serius menulis cerita cerpen dan novel? Hubungi Novelis Riau di 085265124139.

 

 

 

 


Posting Komentar

1 Komentar

  1. Siap. Mbak. Terima kasih ilmunya. Semoga dialog yang saya hadirkan dalam sebuah cerpen itu menarik dan bermakna.

    BalasHapus
Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)