Tawakal, Cara Mengganti Air Mata Menjadi Senyuman



 Oleh: Nafi’ah al-Ma’rab 

Sedalam mana luka dan kesulitan hidupmu saat ini, sembuhkanlah ia dengan bertawakal. Saya, Anda, dan kita semua mungkin merasakan kesedihan dengan takaran yang berbeda pada kondisi sulit saat ini. 

Ada yang menangis dalam diam, menahan kesedihan yang tak terungkap atau mungkin sekadar tertawa di sosial media sementara kondisi kenyataan hidup juga semakin sulit. Rasulullah dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah bersabda: 

“Dari Umar bin Khattab r.a berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah saw bersabda, “sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah swt dengan tawakal yang sebenar-benarnya sungguh kalian akan diberi rezeki oleh Allah swt sebagaimana seekor burung diberi rezeki. Ia pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keaadaan kenyang.” (HR, Ahmad, Turmudzi, dan Ibnu Majah.) 

Apa itu Tawakal? 

Mengatakan tawakal itu mudah sekali bukan? Saat saya merasa sedih misalnya, Anda mungkin akan langsung katakan? Apa masalahnya? Sudah tawakal saja. Apa kesulitan hidupnya? 

Semua akan selesai dengan kata tawakal. Kita memang mudah mengatakan kata itu, mudah menasihati orang lain untuk tawakal kepada Allah, tapi tahukah kita sedalam mana makna ‘sebenar-benarnya tawakal’ seperti yang dimaksudkan hadist di atas? Apakah cukup dengan kita mengatakan, ‘aku ridho ya Allah dengan segala ujian dan ketentuan Mu?’ 

Tawakal itu Persoalan Hati 

Ibnu Qoyyim al-Jauzi mengatakan, tawakal itu adalah amalan dan ubudiyah atau penghambaan hati dengan menyandarkan segala sesuatu kepada Allah swt, berlindung kepada Allah, ridho atas segala sesuatu yang ditimpakan, dan tetap yakin Allah akan memberi kecukupan dengan tetap berusaha menunaikan sebab-sebab serta usaha untuk memperolehnya. 

Jadi tawakal itu bukan seindah kata, tetapi apa yang ada di dalam hati seseorang yang dibuktikan dengan adanya usaha yang nyata. 

Siapakah Orang yang Bertawakal itu? 

Pertama, orang yang mengenal Allah swt dengan segala kebesarannya sehingga ia yakin akan segala sesuatu hal di dunia ini sudah Allah yang atur. Allah Maha Kaya maka tak ada yang tak mungkin jika Allah berkehendak. 

Kedua, orang yang tawakal itu ya tetap berusaha dengan sebenar-benar usaha yang ia mampu. Saat kita bilang tawakal bukan berarti kita berhenti berusaha, lakukan apa saja yang bisa kita lakukan. 

Ketiga, orang yang tawakal itu akan ingat dengan tauhidullah. Hubungannya dengan bagaimana kita mengesakan Allah. Tauhidullah kita, keyakinan kita bahwa Allah yang menciptakan segalanya, Allah sebagai tempat kita bergantung mendapatkan rezeki, Allah yang menguasai alam semesta ini. Praktik dari akidah kita itu ada di tawakal ini. Memang berat sehingga pahalanya pun sangat luar biasa. 

Keempat, orang yang tawakal akan pasrah dan berbaik sangka kepada Allah swt. Tentang doa-doanya yang belum dikabulkan Allah tentu bukan hal yang sia-sia. Sebab ketika doa belum dikabulkan di dunia pun, nantinya di akhirat akan Allah berikan kepada manusia dalam bentuk pahala. 

Pahala Orang-Orang yang Bertawakal 

Sungguh Allah Maha dari Segala Maha. Ketika Dia merumuskan sebuah kunci kebahagiaan hidup melalui tawakal, ternyata ada juga pahala luar biasa yang Allah janjikan kepada hamba Nya. 

Allah swt menjanjikan kepada hambanya Nya yang bertawakal akan masuk surga tanpa hisab. Sebuah hadist yang menjelaskan tentang hal ini: 

Dari Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: 

Telah ditunjukkan kepadaku keadaan umat yang dahulu, hingga saya melihat seorang nabi dengan rombongan yang kecil, dan ada nabi yang mempunyai penigkut satu dua orang, bahkan ada nabi yang tiada pengikutnya. 

Mendadak telihat padaku rombongan yang besar (yang banyak sekali), saya kira itu adalah umatku, namun diberitahukan kepadaku bahwa itu adalah nabi Musa as beserta kaumnya. Kemudian dikatakan kepadaku, lihatlah ke ufuk kanan dan kirimu, tiba-tiba di sana saya melihat rombongan yang besar sekali. Lalu dikatakan kepadaku, Itulah umatmu, dan di samping mereka ada tujuh puluh ribu yang masuk surga tanpa perhingungan (hisab). 

Setelah itu nabi bangun dan masuk ke rumahnya, sehingga orang-orang banyak yang membicarakan mengenai orang-orang yang masuk surga tanpa hisab itu. Ada yang berpendapat; mungkin mereka adalah sahabat-sahabat Rasulullah SAW. Ada pula yang berpendapat, mungkin mereka yang lahir dalam Islam dan tidak pernah mempersekutukan Allah, dan ada juga pendapt-pendapat lain yang mereka sebut. 

Kemudian Rasulullah SAW keluar menemui mereka dan bertanya, ‘apakah yang sedang kalian bicarakan?’ Mereka memberiktahukan segala pembicaraan mereka. Beliau bersabda, ‘Mereka tidak pernah menjampi atau dijampikan dan tidak suka menebak nasib dengan perantaraan burung, dan hanya kepada Rab nya lah, mereka bertawakal.” 

Lalu bangunlah Ukasyah bin Mihshan dan berkata, ‘Ya Rasulullah SAW doakanlah aku supaya masuk dalam golongan mereka.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Engkau termasuk golongan mereka.’ Kemudian berdiri pula orang lain, dan berkata, ‘doakan saja juga supaya Allah menjadikan saya salah satu dari mereka.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Engkau telah didahului oleh Ukasyah.(HR. Bukhari & Muslim) 

Tawakal menjadi sebuah nasihat untuk saya pribadi dan mungkin untuk Anda juga. Ini adalah cara Allah menjadikan diri kita lebih tenang dengan persoalan hidup, apapun bentuknya. 

Kondisi ekonomi yang sulit, kesedihan karena masalah hidup yang lainnya sudah Allah sediakan cara terbaik untuk mengatasinya. Dekatkan diri pada Allah maka Allah yang akan beri cara untuk menyelesaikannya. 

Namun, tetap dengan usaha semampu kita sebagai manusia. Jangan lagi ada air mata sia-sia, jikalaupun kita harus menangis karena persoalan hidup, adukanlah itu pada Allah. 

Malam-malam panjang Ramadan adalah keindahan bagi kita untuk melabuhkan doa-doa yang tak tertolak. Jangan pernah abaikan peluang ini. Kita sama-sama berdoa dan berusaha.

Posting Komentar

0 Komentar