Foto: unsplash.com
Wabah CoViD-19 yang tak kunjung usai menyebabkan Barat mulai frustasi dan kembali menggaungkan teori Herd Immunity alias kekebalan kelompok yang disebabkan karena 60-70% orang-orang dari kelompok tersebut telah terjangkiti suatu penyakit.
Kekebalan alami yang digaung-gaungkan Kang Darwin atau sering disebut Darwinisme ini agaknya mulai dihembus-hembuskan oleh Inggris, walaupun sebagian ilmuan di negaranya menolak usulan tersebut.
CoViD-19 yang Mengerikan
Foto: unsplash.com
Boris Johnson selaku Perdana Menteri Inggris mungkin telah meralat kebijakannya atas masukan Patrick Vallance selaku Penasehat Pemerintahan Inggris Bidang Sains, tetapi sampai kapan wabah ini berakhir dan negara-negara Barat akan sukses dengan lockdown kawasannya?
Sementara setiap hari penduduknya nekat keluar hanya untuk ke salon, jogging, dan sejenisnya. Tingkat stres yang menggila dialami oleh orang-orang yang terbiasa dengan kebebasan dalam banyak hal.
Korona sendiri saat ini sudah berkembang pada situasi yang sangat sulit.
Mereka yang sudah sembuh dari penyakit ini tidak ada jaminan tidak tertular lagi. Seorang pria yang merupakan penumpang di kapal pesiar Danamond Princess yang dinyatakan sembuh, eh alih-alih seminggu kemudian dilaporkan tertular lagi. Demikian juga seorang pria di Jepang, ia telah divonis sembuh dan diumumkan oleh pemerintah setempat, tetapi akhirnya tertular lagi.
Beberapa sumber melaporkan jika mereka yang sudah sembuh dari korona ternyata mengalami masalah lain yang tak kalah serius yakni menurunnya fungsi organ paru-paru hingga masalah serius kehilangan indra penciuman dan pengecapan. Sengeri itu ya Gaes? Ya, harus diakui, korono menampilkan fitur-fitur misteri yang belum terungkap oleh para ilmuan.
Herd Immunity Buat CoViD-19? Sadis Gaes
Foto: unsplash.com
Kalau kamu termasuk yang mengamini pemahaman bahwa apabila di suatu tempat sudah mencapai 60-70 % penduduk yang terkena wabah baru kemudian muncul immunitas alami, maka sebenarnya kamu sedang percaya dengan teorinya Kang Darwin alias Darwinisme dalam teori seleksi alamnya ‘Survival or the Fittest’.
Pada teori ini, wabah korona akan dibiarkan saja menjangkiti masyarakat hingga jumlahnya mencapai 60-70%. Mereka yang bertahan adalah mereka yang paling kuat memiliki daya tahan tubuh. Bisa dipastikan kalangan seperti lansia dan orang-orang yang memiliki masalah kesehatan dengan immunitas yang lemah akan kalah.
Namun, bukan berarti kalangan usia produktif bebas dari ancaman ini. Angka 60-70% adalah sangat tinggi jumlahnya. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia dalam rilisnya bahkan menyebutkan jika hal ini diterapkan di Indonesia maka akan menyebabkan kematian yang fantastis dan dapat menyebabkan hilangnya satu generasi.
Nggak ada jaminan kamu yang sekarang rebahan dan terlihat kuat bisa selamat jika teori ini benar-benar dilakukan.
Nggak ada jaminan ketika teori ini dilakukan akan membuktikan teori Kang Darwin itu benar-benar terjadi, Guys. Belajar dari sejarah tahun 1918 ketika sebuah wabah flu di Spanyol terjadi dan membunuh jutaan manusia.
Kekebalan pada generasi pada saat itu tidak terbukti, hanya setelah generasi selanjutnya barulah muncul kekebalan tersebut.
Artinya apa, kalau sekarang teori ini diterapkan, maka tidak ada jaminan bagi 30-40% orang yang tersisa hidup dapat selamat. Hanya generasi anak-anak setelah orang dewasa pada saat sekarang yang nantinya akan lebih resisten dengan virus ini.
Namun untuk itu, apa yang akan terjadi dengan generasi anak-anak kita yang kehilangan orang dewasa?
Herd Immunity sejatinya merupakan genosida massal di muka bumi yang teorinya sudah basi dan dimentahkan banyak pihak. Tapi dalam kondisi stres teori ini akan sangat mungkin muncul kembali.
Kira-kira kalau Kang Darwin masih hidup di era korona ini apa dia mau ya teorinya itu diterapakan? Sebab udah pasti dia bakal jadi korbannya. Hoho.
Lockdown, Solusi Terbaik
Lockdown telah dipertimbangkan sebagai solusi terbaik, walaupun hal tersebut masih malu-malu diterapkan pemerintah Indonesia, bahkan dilarang.
Suksesnya negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, Singapura hingga Cina dalam membendung lajunya peningkatan kasus positif korona memberi pesan peringatan buat kita juga, cara lockdown alias pembatasan wilayah lebih realistis mengatasi masalah ini. Cara ini juga kan yang sudah diajarkan Rasulullah pada masa terjadinya wabah.
Tapi Gaes, stay at home ini kan bener-bener bikin bosen ya? Apalagi kalau kamu bukan kaum rebahan sebelumnya, jelas ini bikin stres tersendiri. Alih-alih main sosmed, kalau nggak nyebarin hoak biasanya bakal nyari berita dan konten-konten gokil buat hiburan.
Sesuntuk itu? Ya, tapi itu masih jauh lebih baik dibandingkan ngeyel ke luar rumah untuk aktivitas yang nggak bener-bener penting.
Kamu pasti masih ngeles kan? ‘Ah kan di daerah sini kasusnya belum parah, nggak kayak di Jakarta.’ (ini bisa dipastikan kamu dari generasi Z yang terkenal hobi ngeles wkwkw).
Ingat Gaes, apa mau nunggu kasus positif ratusan sampai ribuan seperti di luar daerahmu?
Apa kamu mau menunggu herd immunity bener-bener diterapkan? Jangan bilang kaum rebahan bakal selamat lho ya.
Angka 70% itu bisa jadi kamu ada di dalamnya. Wes sabar di rumah sekarang seambyar apapun hidupmu tetap harus ditahan.
0 Komentar