Mengapa Harus Tilawah Minimal 1 Juz Setiap Hari?



 Foto: unsplash.com

“Hendaklah engkau memiliki wirid harian dari Kitabullah tidak kurang dari satu juz. Usahakan untuk mengkhatamkan Al-Qur'an dalam waktu tidak lebih dari sebulan dan tidak kurang dari tiga hari.”(Hasan Al-Banna)

Tak kurang dari 96 tahun yang lalu, Al Banna kecil telah menempa diri dengan Al Quran dan kitab-kitab. Ia memiliki masa kecil yang istimewa di Madrasah Al-Muallimin, Kota Damanhur Mesir. Setiap hari seusai sekolah, kira-kira sebelum zuhur, ia tak lantas pulang ke rumah.

Kebiasaannya bersama teman-temannya ialah menuntaskan bacaan Al Quran. Tadarrus bersama, saling menyimak hafalan dan mendengarkan bacaan satu sama lain. Pada masa ini Al Banna benar-benar membangun interaksi kedekatan yang kuat dengan Al Quran, tepat di usianya yang ke-14 tahun. 

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah Azza wa Jalla untuk membaca Kitabullah (Al-Qur`an) dan mereka saling mempelajarinya kecuali sakinah (ketenangan) akan turun kepada mereka, majlis mereka penuh dengan rahmat dan para malaikat akan mengelilingi (majlis) mereka serta Allah akan menyebutkan mereka (orang yang ada dalam majlis tersebut) di hadapan para malaikat yang di sisi-Nya.” (HR. Muslim) 

Bukan hanya setakat bacaan, hari-hari Al-Banna lebih banyak mentadabburi kitab-kitab. Ia bangun setiap pukul 3 pagi. 

Selepas qiyamullail ia pun berangkat ke masjid untuk mengikuti kajian kitab ihya ulumuddin. Lalu selepas subuh, waktunya kembali ia habiskan bersama Al Quran. Itu ia lakukan pada usianya yang masih berada di bawah angka 15 tahun. 

Demikianlah Al-Banna mengatakan apa yang lebih dulu telah ia kerjakan. Bahkan ia hanya memesankan hal kecil yang sebenarnya sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil. Al-Banna memasukkan hadist dalam pesannya kepada ikhwan, sebab ia sendiri telah mengerjakannya jauh-jauh hari sebelum ia membangun jamaah dakwah. Tak heran jika sepanjang hidupnya ia dikenal sebagai sosok dai, sang pembaharu yang menghentak dunia Barat kala itu.

Sebuah refleksi bagi kita tentang profile orang-orang sholeh pada zamannya, tidak ada dakwah tanpa bekal keimanan yang kuat. Pekerjaan besar seorang dai’ semestinya ditopang dengan energi yang besar dan energi tersebut adalah Al Quran. Semakin dekat seseorang dengan Al Quran, maka kemudahan-kemudahan pun Allah berikan. 

Jauhnya hati mad’u kita dari sentuhan dakwah yang kita lakukan bisa jadi karena hati kita jauh dengan Al Quran. Mari sama-sama kita ingat, bagaimana perbedaan kondisi orang-orang yang kita temui saat kita membaca wirid Al Quran dengan jumlah maksimal dibandingkan dengan yang belum mencapai target. Apa yang kita rasakan dari perbedaan tersebut? (Oleh: Nafi'ah al-Ma'rab)

Posting Komentar

0 Komentar