Penulis yang Selalu Bermimpi

Oleh: Nafi’ah al-Ma’rab 

Sudah berpuluh-puluh kali saya menanyakan orang yang katanya ingin serius jadi penulis. Tapi dari puluhan kali itu, hampir 80% diantaranya lebih betah jadi sang pemimpi. Hanya beberapa orang saja yang benar-benar serius mewujudkan mimpinya, lalu beberapa waktu kemudian saya telah melihat bergelimang dengan karya-karyanya. 

Tapi saya tak mau membahas yang sudah sukses, itu biasa. Saya ingin ngomongin yang lebih senang di dunia mimpi. Ya, sepulang pelatihan menulis biasanya si pemimpi akan sedikit terlecut semangatnya, ia pun menghadap laptop, mungkin menulis beberapa halaman. Tapi keesokan harinya, ia bergelut lagi dengan aktivitas hariannya. 

Berhari-hari, hingga ia lupa menyelesaikan tulisannya di dalam laptop beberapa hari lalu. Ada juga yang menjadikan pertemuannya dengan saya sebagai kenangan indah ingin jadi penulis (artinya dia tak pernah lagi bertemu dengan saya di forum menulis), tapi ada juga rupanya yang sesekali masih ingin bertemu dengan saya untuk belajar menulis, meski hanya satu dua kali saja. Ketika malam hari si pemimpi membaca sebuah novel, khayalannya pun melayang lagi. 

Seandainya aku jadi penulis, aku punya novel best seller, novelku akan difilmkan, aku diundang kemana-mana, follower ig ku meningkat, wow…alangkah indahnya. Tapi itu sejenak saja, setelah keesokan harinya, ia pun sibuk lagi dengan aktivitasnya sehari-hari. Begitulah si pemimpi, terus saja bermimpi tanpa pernah berusaha mewujudkan mimpinya itu. 

Hai para penulis, tahukah kamu, menulis itu bukan dunia impian. Ia dunia nyata yang harus kamu kerjakan. Ia dunia proses yang harus kamu lalui secara berdarah-darah. Yang serius nulis selama bertahun-tahun saja belum tentu punya novel best seller, apa lagi yang cuma mimpi. Nggak perlu banyak tanya, nggak perlu banyak grasa-grusu kesana kemari, kalau kamu serius mau jadi penulis ya nulis. 

Nggak harus nunggu ada gurunya, nggak harus nunggu ketemu sesama penulis. Kamu harus nulis setiap hari kalau ingin jadi penulis. Bikin tulisan itu nggak sama dengan bikin bakwan. Menulis itu kerja intelektual penuh perenungan, pemikiran dan kerja keras. Stop bermimpi jadi penulis kalau nyatanya kamu nggak pernah nulis.

Posting Komentar

0 Komentar