Mulai menulis novel memang tantangan. Banyak yang cuma bisa ngomong tapi akhirnya nggak kelar-kelar. Menulis memang tidak sulit, tapi akan menjadi sulit bagi si pengkhayal.
Saya bermimpi ingin jadi penulis novel yang terkenal seperti Kang Abik, Andrea Hirata, Eka Kurniawan dan seterusnya, keliling dunia dan banyak uang. Itu omong kosong kalau kamu cuma selalu jadi pembaca setia.
Kalau kamu memang ada bakat untuk jadi penulis, hal yang akan terpikir di kepala kamu saat setelah membaca sebuan novel itu apa? Membayangkan kisah dalam novel itu? No, jika itu yang ada di pikiranmu, kamu masih bakat jadi pembaca tok.
Mereka yang serius dan akhirnya berhasil jadi penulis adalah mereka yang setelah membaca sesuatu, akan langsung menulis sesuatu juga. Ada energi yang melecut di imajinasinya, bahwa dia pun bisa membuat seperti apa yang dibuat penulis dalam novel di tangannya. Lalu ia langsung menulis, dan terus menulis.
Jika sudah tak ada semangat untuk menulis lagi, maka ia baca lagi, baca lagi, hingga tumbuh semangat untuk menulis kembali.
Mau punya novel? Saatnya sekarang juga eksyen, ini jurus jitu dari saya buat kamu yang mimpi cukup lama ingin punya novel:
1. Nulis yok, sekarang juga ayok nulis
Jangan banyak alasan, kalau mau jadi penulis ya nulis. Udah nulis tapi mentok itu lain soal, yang penting mulai lah untuk menulis. Saya sering ketemu penulis yang hanya menjadikan novel ini sampai bab niat, akhirnya yang cuma niat terus. Yuk buka wordnya dan mulailah menulis.
2. Mentok, bagaimana ya?
Bikin novel mentok itu ada banyak sebab. Salah satu sebabnya karena kamu belum mengeksplorasi apa yang akan kamu tulis.
Coba dikembangkan lagi satu kalimat yang kamu buat, jangan cuma lurus saja memberi informasi. Ini fiksi, bukan berita, jadi memang harus dibuat seindah mungkin setiap bahasanya. Pada kondisi pemula memang ini akan terjadi, menulis sekedar menyampaikan informasi.
Coba bandingkan contoh berikut:
A: Matahari terbit di pagi hari, seperti biasa aku duduk di depan jendela menatap pagi.
B: Matahari dengan kemilaunya merebut embun-embun di daunan, melabuhkan keteduhan di mataku, menanam ceria pada burung-burung yang terus menghibur pagi. Aku memandang langit yang begitu gagah menatapku di balik jendela. Pada awan-awannya yang begitu setia, kuharap hari ini akan bahagia.
3. Kembali lah kedunia nyata
Kalau kamu mentok di konflik, cobalah kembali ke dunia nyata. Kalau kenyataan yang ada konfliknya begitu, biasanya penyelesaiannya bagaimana?
Begitu akan lebih memudahkan kita berpikir. Jangan memaksakan imajinasi kita yang masih terbatas, tapi cobalah kembali pada kenyataan.
Dengan begitu karya itu akan lebih natural dan tidak dipaksakan.
Ayok mulai menulis, jangan lupa sediakan novel-novel pemancing lainnya di samping meja kamu selama menulis. Selamat berkarya.
Oleh: Nafi’ah al-Ma’rab
0 Komentar