Catatan Nafi’ah al-Ma’rab
Saat ini kita hidup pada konsep ekonomi yang
disebut ‘attention economy’ atau ekonomi perhatian. Uang bisa kita peroleh
dengan cara mencari perhatian di ruang maya sebanyak-banyaknya. Tentu, ini
semua tidak terlepas dari apa yang disebut algoritma. Maka nggak heran jika
semua orang berpacu meraih algoritma media sosial terbaik dalam rangka itu
tadi, meraih keuntungan ekonomi.
Mau dapat banyak uang ternyata bisa dilakukan
dengan konsep ‘perhatian’ itu tadi. Buatlah konten nyleneh, viral, dan uang
akan datang kepada kita sebagai dampak ‘perhatian’ yang tinggi dari pengguna
media sosial. Siapapun bisa jadi kaya kalau berani mencoba, bahkan tanpa peduli
level pendidikan atau apapun itu.
Media sosial sendiri memberi fitur kunci dari
sebuah perhatian, apa itu? Gulir dan notifikasi. Sadar tidak sadar inilah fitur
‘perhatian’ itu. Ekonomi perhatian ini semakin berkembang dengan adanya budaya
FOMO di masyarakat. Jika ada yang sedang trend ya harus ikut, harus dibagikan,
harus dibincangkan. Jika tidak melakukan semua itu rasanya ketinggalan zaman.
Maka semakin mudahlah para pengguna layanan digital marketing, influencer, dan
orang-orang yang mencari ceruk penghasilan dari ekonomi perhatian.
Dalam mencapai ekonomi perhatian, orang tidak
lagi berpikir apa dan bagaimana sesuatu yang mereka sajikan. Hal terpenting
adalah ‘bisa’ , ya bisa viral, bisa dikomen banyak orang, bisa dibagikan, dan
seterusnya. Asal jadi cuan, keuntungan ekonomi bisa diraih. Ekonomi perhatian
jadi target banyak orang. Ada yang sibuk membangun branding dan pencitraan,
tujuan akhirnya sebenarnya ya ekonomi perhatian juga.
Jadi kamu gimana? Termasuk yang sibuk ingin
meraih ekonomi perhatian ini juga?
De Daikos, 12 November 2025
%20(1)%20(1).png)
0 Komentar