Foto: unplash.com
Buat kita yang masih abai dengan kondisi physical distancing sekarang coba renungkan ini!
Suatu hari petugas kesehatan tiba-tiba datang ke rumahmu. Mereka bilang kamu termasuk Orang Dalam Pantauan (ODP). Lalu mulailah kamu diisolasi.
Tak lama setelah itu kamu benar-benar sakit, lalu datanglah orang-orang yang akan menjemputmu pergi ke rumah sakit. Saat itu kamu mungkin tak siap, tetapi kamu tetap harus berangkat.
Membawa pakaian seadanya, tanpa seorang pun yang menemani.
Kamu akan pamit di pintu rumahmu, di depan keluargamu untuk beberapa waktu yang kamu tak tahu sampai kapan. Bahkan untuk melihat pintu rumahmu lagi pun tak ada jaminan.
Lalu kamu pergi, menuju sebuah tempat yang asing. Kamu sendirian dalam ruang isolasi.
Orang-orang hanya melihatmu dari ruang kaca, dari balik pakaian plastik, masker dan mereka hanya memberikan kode-kode gerakan tangan untuk bicara padamu.
Kamu sendirian, sementara sakitmu semakin parah. Kamu stres dan tak ada siapapun yang bisa menenangkan.
Saat demam meninggi, nafas mulai sesak parah, kondisi tubuh yang semakin kritis, kamu benar-benar sendiri. Tak ada keluarga dan orang-orang tercinta yang bisa menemanimu, mereka semua tak bisa bersamamu.
Lalu, saat ajal itu benar-benar datang, kamu hanya sendirian dalam ruang yang hanya sesekali dijenguk petugas medis dalam jarak tertentu. Tak ada yang mengingatkanmu untuk sekadar mengucap kalimat terindah saat akan benar-benar pergi.
Kita sendirian, alam barzah yang ternyata datang lebih dulu menemui kita sejak masih terbuka mata.
Apa semua ini? Lalu kita masih bilang ini hal biasa? Ini hal luar biasa yang kita lupakan.
Berbaring dan santailah di rumah sebelum pembaringan abadi benar-benar datang padamu tanpa siapapun. Bukan hanya untuk dirimu sendiri, tetapi juga keluargamu dan orang-orang terdekat bagimu.
0 Komentar