3 Hal yang Paling tidak Disukai Suami dari Istrinya, Catet Mak!


Hal-hal sepele dalam kehidupan berumah tangga kadang menjadi penyebab masalah yang serius. Masalah memang soal persepsi, tetapi kalau terjadi secara rutin dan terus menerus, efeknya bisa kronis dan lama-lama bisa meledak seperti gunung Merapi, eit dahh..lebai dikit ya Mak. 

Perangai setiap orang memang berbeda. Apa yang disukai suami si A belum tentu disukai juga oleh suami si B. Apa yang dibenci suami A belum tentu juga dibenci suami B. 

Namun, secara umum pria biasanya memiliki kondisi yang sama, hanya saja bagaimana cara ia mengungkapkan kepada pasangannya yang berbeda. Ada yang menjadikan hal A sebagai masalah, ada juga yang membiarkannya alias tidak begitu peduli. Namun, bagi istri yang paling penting mengetahui bagaimana sih secara umum hal-hal yang memang tidak disukai suami. Apa saja? 

Terlalu Sering Dikritik 


Mak-Mak, jadi kritikus itu memang bisa terkenal, tapi kalau Mak jadi kritikusnya buat suami itu kurang tepat. 

Kritikan sederhana mungkin dibutuhkan, tetapi kalau setiap hari hidup penuh kritikan, siap-siap aja Mak bakal mendengar kata,”aku memang nggak pernah benar di mata kamu.” 

Ini bencana Mak, jangan diteruskan. Sehebat apapun pendapat yang Mak miliki, tolong jangan jadi kritikus ulung di depan suami. 

Sebab saat suami sering dikritik ia akan merasa dirinya tidak berarti dalam posisi suami. Hal yang perlu dilakukan adalah mendukung idenya yang positif, nggak mungkin kan semua ide suami kita nggak ada yang bisa diterima. Dukung ide tersebut agar lebih maksimal hasilnya. 

Nah, kalau ada hal yang tidak cocok dengan pendapat kita, jangan buru-buru frontal lalu bilang itu nggak bagus, ini salah, itu nggak bener. Bilang baik-baik, kalau menurut aku sih begini baiknya Mas, Bang, Pak. Jadi jangan bilang, itu nggak bener Pa, Bi, Bah. 

Beda redaksi beda makna ya Mak. Ajak berdiskusi dalam hal pendapat, lalu jikalau si dia tetap ngotot, ingatkan pelan lalu nanti setelah ia gagal pun jangan dikapokin ya Mak. Jadilah yang smart, ikut bersimpati saja. Nanti pada saatnya suami akan yakin jika usul-usul Mak ternyata lebih baik. 

Terlalu Banyak Dituntut 

Mak bukan jaksa kan ya? Ngapain banyak nuntut hehe. 

Maksudnya begini, menikah itu bukan mempertemukan kepribadian yang sempurna, tetapi proses saling melengkapi. Mak tentu sudah lebih tau kan ya tentang ini. Tapi kadang-kadang kita sebagai istri sering melupakan ini, ada banyak tuntutan yang kita bebankan pada suami. 

Misal begini: 

‘Pa pokoknya bulan ini Mama tu butuh duit segini, buat ini dan itu.’ 

‘Pa, pokoknya mulai sekarang Mama nggak mau lagi lihat papa kerjanya cuma di rumah kalau jam segini. Usaha dong Pa, ke sana ke mari cari uang kek buat tambahan biaya.’ 

‘Pa, mulai sekarang pokoknya Mama nggak mau lagi lihat Papa tu jarang pergi pengajian, Papa tu harus aktif kenapa sih, Pa?’ 

Pada dasarnya sikap suami kita memang kita yang tahu. Kita berpikir apa yang kita sampaikan sebagai tuntutan adalah hal yang akan memotivasi suami untuk melakukan hal yang kita inginkan, tetapi kadang tak selamanya begitu. 

Tuntutan secara lisan sering kali membuat suami merasa istrinya itu terlalu ‘songong’ dalam hal apa saja. Dalam hal dakwah dan agama misalnya, istri memang berkewajiban mengingatkan suami agar lebih baik dalam hal ini, tetapi tetap saja cara dan adabnya harus ada. Hal terbaik adalah menyelesaikan masalahnya bukan menuntut secara lisan. 

Misal begini, kenapa suami jarang pergi pengajian sementara kita ingin suami kita aktif melakukan banyak hal di luar, ternyata karena memang kesibukannya di rumah yang bertambah-tambah. Bisa jadi juga karena kita sebagai istri. 

Hal yang dibutuhkan suami adalah dibantu penyelesaian masalah teknisnya sehingga tidak menjadi halangan dirinya beraktivitas yang lain. 

Tapi Mak mungkin komen, suami saya nggak ada aktivitas apa-apa kok, memang dianya yang malas pergi pengajian. 

Stop menjust, kita doakan Mak. Jika dengan lisan malah bikin rawan konflik, lakukan dengan perbuatan berupa bantuan, jika itupun tidak juga bisa membuka hatinya, doakan Mak..ayo sama-sama kita doakan semoga Allah yang membukakan hati dan jalan bagi suami kita. Setuju? 

Dibantah 


Bagi istri yang tidak pernah membantah suaminya sangat wajar jika Allah janjikan pahala yang besar, sebab faktanya tantangan pernikahan itu juga beradu intelektual. 

Seringkali istri membantah permintaan suaminya karena istri menganggap hal tersebut tidak tepat, salah dan mungkin tidak bisa dilakukannya. Sekali dua kali istri membantah mungkin suami belum mempersoalkannya, tetapi jika istri selalu membantah apa yang diminta suaminya, lihatlah bagaimana tekanan batin mulai muncul di wajah dan aktivitasnya. 

Suami mungkin akan diam di meja makan, kaku di tempat tidur dan bisa jadi jarang pulang ke rumah. Fitrah suami sebagai seorang pemimpin adalah ditaati. 

Sehebat apapun ide dan pemikiran Mak sebagai istri, usahakan jangan digunakan untuk membantah secara lisan. Tunggu saat paling tepat, nyaman lebih dulu untuk mengungkapkan kondisi dan usulan Mak. Saat suami meminta ini dan itu, katakan iya saja. Cukup dengan iya, suami akan merasa dihargai dan dihormati. Hal-hal yang boleh dibantah adalah hal yang sifatnya maksiat. 

Kalau hal-hal kebaikan kenapa harus membantah, toh ketika ada masalah nanti kita bisa mengembalikannya kepada suami sebagai pemimpin. Membantu suami membuat kebijakan yang tepat tanpa harus memberi kesan Mak seorang pembantah, kira-kira bisa nggak, Mak?

Posting Komentar

0 Komentar