Firman Allah swt:
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (Qs. An-Nisa’ ayat 77)
Dakwah adalah jalan yang panjang. Dalam buku Fiqih Dakwah, Syaikh Mustafa Mahsyur menuliskan bahwa Imam Hasan Al Bana menyebutkan, kekuatan utama seorang ikhwan adalah pada akidah dan imannya, diikuti persatuan yang ada padanya dan barulah terakhir pada kekuatan fisik seperti militer dan persenjataan.
Kekuatan iman yang kokoh dalam diri seorang dai akan tercermin dalam akhlak dan prilaku yang teguh dalam beramal, mampu menerima beban dan bersabar dengan derita dan kesulitan.
Sedangkan prilaku sebaliknya adalah lawan dari semua itu.
Seorang dai yang emosional, sembrono, terburu-buru, menandakan kekuatan akidah dan imannya yang masih lemah. Sebagaimana Firman Allah dalam Qs. An-Nisa ayat 77 di atas.
Sayyid Quthb dalam tafsir fii Zilalil Quran mengenai Qs. An-Nisa ayat 77 di atas menyebutkan, Allah merasa heran dengan sikap orang-orang yang sebelumnya tampak begitu bersemangat dan terburu-buru meminta untuk berperang saat mendapat tekanan di Makkah, tetapi setelah turun perintah berperang mereka justru takut dan terkejut.
Sayyid Quthb menyebutkan, sesungguhnya orang yang terlihat terlalu bersemangat, terlalu emosional, dan sembrono terkadang adalah orang-orang yang paling paling besar rasa takutnya, cepat runtuh apabila dihadapkan pada suatu ujian yang berat.
Sikap emosional yang berlebihan pada hakikatnya muncul sebagai cerminan ketidakmampuan seseorang dalam memikul beban. Sikap terburu-buru muncul sebagai bentuk ketidakmampuan menguasai diri untuk bersikap sabar dan lebih kokoh dalam menerima ujian.
Syaikh Musthafa Mahsyur dalam buku Fiqih Dakwah menyebutkan, salah satu bentuk peyimpangan dalam jihad dan amal yang dilakukan seorang dai adalah sikap reaksioner tanpa perencanaan. Sikap yang menunjukkan terburu-buru dan respon emosional yang dikedepankan.
Hasan Al Banna berkata,” Wahai ikhwan, terutama yang suka terburu-buru di antara kamu, sungguh jalan kamu adalah jalan yang sudah digariskan langkah-langkahnya, ditentukan batas-batasnya, dan aku tidak akan melanggar batas-batas itu. Aku benar-benar telah yakin, itulah jalan yang selamat untuk mencapai tujuan.
Penulis: Nafi'ah al-Ma'rab
0 Komentar